BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Latar belakang masalah
Kita semua pasti
pernah memandang ke angkasa dan melihat ada pesawat terbang yang sedang
melintasi udara di atas kita. Mungkin ada di antara kita yang pernah bertanya
“bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi”?. Pertanyaan ini wajar, apa lagi jika
kita melihat massa dari pesawat yang berton-ton sehingga sepertinya mustahil
untuk membuatnya dapat terbang terangkat di atas tanah. Di tambah lagi bahwa
massa jenis dari pesawat itu yang terbuat dari material logam jauh lebih besar
dari massa jenis udara yang bertindak ibarat “Jalan Raya”.
Lalu bagaimana pesawat udara dapat terbang? Adalah suatu
yang salah jika kita berfikir bahwa mesin (engine) lah menyebabkan pesawat
dapat terbang. Pada dasarnya, sayap lah yang memberi gaya angkat yang
dibutuhkan untuk terbang, sedangkan engine hanya memberi gaya dorong (thrust)
untuk bengerak maju. Jadi, kesimpulan mudahnya adalah bahwa pesawat udara
(bukan pesawat antarikasa) dapat terbang karena memiliki sayap.
Dalam kajian fisika, hal ini sebetulnya bukanlah
peristiwa yang mustahil untuk terjadi, pada dasarnya hanya masalah keseimbangan
gaya saja. Sudah umum di ketahui bahwa benda selalu jatuh menuju pusat bumi
karena adanya gravitasi yang bekerja pada setiap benda. Tetapi, terdapat juga
gaya ke atas yang secara vektor berlawanan arah dengan gaya gravitasi ini.
Kedua gaya inilah yang berusaha direkayasa untuk selanjutnya hasilnya dapat
membuat pesawat dapat terbang
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis
dapat menyimpulkan rumusan maslah pada makalah ini yaitu:
“Bgaimanakah pesawat terbang yang
terbuat dari logam dengan masa puluhan ton dapat terbang bebas di angkasa”?
1.3.Tujuan penulisan makalah
Tujuan dari penulisan makalah gaya angkat pesawat
terbang ini adalah untuk memberikan informasi menenai bagaimana cara pesawat
terbang yang terbuat dari logam dengan masa puluhan ton dapat terbang bebas di
angkasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah pesawat terbang
Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan
pertama kali oleh Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan
menggunakan pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan
pada tahun 1903 di Amerika Serikat.
Wright bersaudara juga memberi sumbangan penting dalam
hal perancangan sayap. Mereka sadar, data-data sebelumnya yang sudah disiarkan,
tidak bisa dijadikan pegangan. Karena itu mereka menciptakan sendiri
lorong-lorong angin dan dicoba terhadap lebih dari dua ribu macam bentuk
permukaan sayap. Inti utama dari percobaan ini adalah, kedua bersaudara itu
mampu membikin bagan sendiri, memaparkan tentang tekanan udara terhadap sayap
tergantung pada bentuk sayap itu. Keterangan ini kemudian digunakan dalam tiap
pembuatan sayap pesawat terbang.
Berabad lamanya terbang itu sudah menjadi impian manusia.
Mereka kepingin melayang di langit dengan permadani terbang seperti dalam
dongeng-dongeng Seribu Satu Malam, impian yang berada jauh dalam jangkauan. Si
genius Wright bersaudaralah yang telah mewujudkan mimpi itu jadi kenyataan,
betul-betul terbang dengan pesawat dan bukannya bersila di atas permadani
dongeng sambil mengisap “hoga” yang tiga hasta panjangnya.
2.2. Mengapa Pesawat bisa terbang ?
Pesawat bisa terbang karena ada momentum dari dorongan
horizontal mesin pesawat (Engine), kemudian dorongan engine tersebut akan
menimbulkan perbedaan kecepatan aliran udara dibawah dan diatas sayap pesawat .
Kecepatan udara diatas sayap akan lebih besar dari dibawah sayap di karenakan
jarak tempuh lapisan udara yang mengalir di atas sayap lebih besar dari pada
jarak tempuh di bawah sayap, waktu tempuh lapisan udara yang melalui atas sayap
dan di bawah sayap adalah sama . Menurut hukum Bernoully , kecepatan udara
besar menimbulkan tekanan udara yang kecil . sehingga tekanan udara di bawah
sayap menjadi lebih besar dari sayap pesawat bagian atas. Sehingga akan timbul
gaya angkat (Lift) yang menjadikan pesawat itu bisa terbang.
Terdapat empat gaya mendasar yang bekerja pada pesawat
terbang, yaitu:
1.
Gaya
hambatan
2.
Gaya dorongan
3.
Gaya
angkat
4.
Gaya berat
(gravitasi)
Dalam hukum newton yang pertama dapat disimpulkan bahwa benda cendrung untuk tetap diam atau bergerak dengan kecepatan konstan kecuali jika ada pengaruh (gaya) dari luar yang bekerja padanya. Kecendrungan ini terjadi disebabkan oleh adanya keseimbangan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Jika tarikan yang bekerja pada benda sama besar dengan dorongannya, maka benda tidak akan mengalami perubahan ditinjau dari pergerakan horisontalnya. Begitupun yang terjadi jika geya berat pada benda sama besar dengan gaya angkatnya, maka untuk arah vertikal benda juga tidak mengalami perubahan. Artinya bahwa, jika keseimbangan ini terganggu akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada benda, bisa horisontal maupun vertikal.
Gambar: gaya pada pesawat terbang
Masih menurut Newton, dalam hukum keduanya dinyatakan
bahwa benda dengan massa tertentu yang mendapat pengaruh gaya maka benda
tersebut akan mengalami percepatan. Implikasi dari hukum ini adalah untuk kasus
pesawat terbang, kita dapat membuatnya terangkat dari tanah dengan memberikan
gaya angkat untuk pesawat tersebut, gaya angkat ini harus lebih besar dari gaya
yang disebabkan oleh tarikan gravitasi. Penjelasan tentang gaya angkat ini akan
lebih jelas jika kita menggunakan prinsip bernoulli dan hukum ketiga Newton.
Dalam prinsip bernoulli kita bisa menemukan bahwa fluida yang mengalir lebih cepat akan menyebabkan penurunan tekanan pada fluida tersebut. Pada model moncong pesawat terbang, sengaja di desain agar ketika udara manabrak moncong tersebut akan menyebabkan aliran udara yang melalui bagian atas pesawat lebih cepat dari pada yang melewati bagian bawah sayap pesawat terbang.
Gambar: perbedaan kecepatan aliran pada sayap pesawat terbang
Seperti yang telah dinyatakan oleh bernoulli, perbedaan
kecepatan ini selanjutnya mengakibatkan tekanan udara pada bagian bawah sayap
akan lebih besar daripada tekanan dari bagian atas sayap pesawat terbang.
Perbedaan tekanan inilah yang menghasilkan gaya angkat pada pesawat terbang.
Tinjau dengan hukum
Bernoulli :
Ø Laju aliran udara pada sisi atas pesawat (v2)
lebih beswar di banding laju aliran udara pada sisi bawah pesawat (v1).
Maka sesuai dengan azas Bernoulli, maka tekanan udara pada sisi bawah pesawat
(p1) lebih besat dari tekanan udara pada sisi atas pesawat (p2).
Ø Syarat agar pesawat bisa terangkat, maka gaya
angkat pesawat (Fa) harus lebih besar dari gaya berat (W=mg), Fa > mg.
Ketika sudah mencapai ketinggian tertentu, untuk mempertahankan ketinggian
pesawat, maka harus diatur sedemikian sehingga : Fa = mg.
Ø Jika pesawat ingin begerak mendatar dengan
percepatan tertentu, maka : gaya dorong harus lebih besar dari gaya hambat (fd
> fg), dan gaya angkat harus sama dengan gaya berat,
(Fa=mg).
Ø Jika pesawat ingin naik/menambah ketinggian
yang tetap, maka gaya dorng harus sama dengan gaya abat (fd = fg),
dan gaya angkat harus lebih besar dari
gaya berat (Fa=mg).
2.3. Penerapan
fisika dalam gaya angkat sayap pesawat terbang
Gaya angkat pada sayap pesawat terbang dengan
menggunakan persamaan bernoulli.
Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih
tajam dan sisi bagian yang atas lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya.
Bentuk ini menyebabkan aliran udara di bagian atas lebih besar daripada di
bagian bawah (v2 > v1).
Dari persamaan Bernoulli kita dapatkan :
P1 + ½ r.v12 + r g h1 = P2 + ½ r.v22 + r g h2
Ketinggian kedua sayap dapat dianggap sama (h1 = h2), sehingga r g h1 = r g h2.
Dan persamaan di
atas dapat ditulis :
P1
+ ½ r.v12 = P2 + ½ r.v22
P1
– P2 = ½ r.v22 -
½ r.v12
P1
– P2 = ½ r(v22 – v12)
Dari persamaan di atas dapat dilihat
bahwa v2 > v1 kita dapatkan P1 >
P2 untuk luas penampang sayap
F1 = P1 . A
dan F2 = P2 . A dan kita dapatkan bahwa F1 >
F2. Beda gaya pada bagian bawah dan bagian atas (F1 – F2)
menghasilkan gaya angkat pada pesawat terbang. Jadi, gaya angkat pesawat
terbang dirumuskan sebagai :
F1 – F2
= ½ r A(v22 – v12)
Dengan r = massa
jenis udara (kg/m3)
Dari persamaan di
atas dapat diketahui bahwa pesawat terbang dapat terangkat ke atas jika gaya
angkat pesawat lebih besar daripada berat pesawat. Jadi, apakah suatu pesawat
dapat terbang atau tidak tergantung dari berat pesawat, kelajuan pesawat, dan
ukuran sayapnya. Makin besar kecepatan pesawat, makin besar kecepatan udara,
dan ini berarti gaya angkat pesawat makin besar. Demikian pula, makin besar
ukuran sayap, semakin besar pula gaya angkatnya.
Supaya pesawat
dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar daripada berat pesawat ( F1
- F2 > mg ). jika telah berada pada ketingian tertentu dan
pilot ingin mempertahankan ketingianya ( melayang di udara), maka kelajuan
pesawat harus diatur sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan gaya
berat pesawat ( F1 - F2 = mg ).
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Terdapat empat gaya mendasar yang bekerja pada pesawat terbang,
yaitu:
1.
Gaya
hambatan
2.
Gaya dorongan
3.
Gaya
angkat
4.
Gaya berat
(gravitasi)
Suatu pesawat dapat terbang atau tidak tergantung dari
berat pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar kecepatan
pesawat, makin besar kecepatan udara, dan ini berarti gaya angkat pesawat makin
besar. Demikian pula, makin besar ukuran sayap, semakin besar pula gaya
angkatnya.
Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih
besar daripada berat pesawat ( F1
- F2 > mg ). jika telah berada pada ketingian tertentu dan
pilot ingin mempertahankan ketingianya ( melayang di udara), maka kelajuan
pesawat harus diatur sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan gaya
berat pesawat ( F1 - F2 = mg ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar