BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem
penilaian, termasuk model dan teknik penilaian proses dan hasil belajar peserta
didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan
pemerintah. Penilaian hasil belajar pada Sekolah Menengah atas, selain dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah juga
oleh masyarakat (Du/Di). Penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan
merupakan penilaian internal (internal assessment) dalam rangka
penjaminan mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat (Du/Di)
merupakan penilaian eksternal (external assessment) sebagai pengendali
mutu.
Penilaian
merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan kegiatan belajar pada
umumnya, karena efektivitas kegiatan
belajar mengajar bergantung
kepada kegiatan evaluasi. Kegiatan belajar mengajar akan efektif bila di dukung
oleh penilaian yang efektif.
Kenyataan
menunjukkan bahwa seorang guru melakukan kegiatan penilaian hanya untuk
memenuhi kewajiban formal, yaitu menentukan nilai bagi siswanya. Artinya, masih
banyak guru yang kurang memahami dengan benar untuk tujuan apa dari kegiatan
penilaian yang telah dilakukannya. Penilaian kinerja siswa merupakan salah satu
alternatif penilaian yang difokuskan pada 2 aktivitas pokok, yaitu: observasi
proses saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau
produk. Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan
aktivitas di kelas atau menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Untuk
itu perlu adanya sebuah model penilaian yang tidak hanya menjadikan momen ujian
sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran, tetapi perlu adanya
sebuah evaluasi yang benar-benar bias mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran.
Dalam
sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model penilaian yang ditawarkan untuk
penilaian berbasis kelas yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu
dengan proses pembelajaran yaitu melaluipengumpulan kerja siswa (portofolio),
hasil karya siswa (produk), penugasan kepada siswa (proyek), kinerja siswa
(performance), maupun tes tertulis (paper and pensil test).
1.2. Tujuan
penulisan makalah
1.
Memberikan pemahaman mengenai penilaian
kinerja.
2.
Mengetahui kelebihan penilaian kinerja.
3.
Mengetahui cara pembuatan penilaian kinerja,
BAB II
PEMBAHASAN
PENILAIAN
KINERJA
2.1. Pengertian
Penilaian
Penilaian dari sudut pandang bahasa,
penilaian dapat diartikan sebagai proses
menentukan nilai suatu
objek. Asesmen hasil
belajar pada perkembangannya memperlihatkan bahwa
tes hanyalah salah
satu cara untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar
siswa. Dari hasil belajar siswa ini dapat diambil informasi yang dapat
digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan.
Arikunto
(2009: 3) mengemukakan bahwa: "Menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik
dan buruk. Dalam
hal ini, penilaian
lebih difokuskan pada penilaian
hasil belajar siswa". Proses ini dimulai dengan melakukan pengukuran
terhadap hasil belajar siswa. Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar siswa
digunakan alat ukur baik berbentuk tes maupun nontes.
Menurut Ralph
Tyler penilaian adalah
sebuah proses pengumpulan
data untuk menentukan
sejauh mana, dalam
hal apa, dan
bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai. Definisi yang lebih
luas dikemukakan oleh 2 orang
ahli lain, yakni Cronbach dan
Sufflebbeam yang mengatakan
bahwa proses evaluasi
bukan sekedar mengukur sejauh
mana tujuan tercapai,
tetapi digunakan untuk membuat keputusan, dalam hal ini terkait dengan prestasi atau
hasil belajar.
Popham
(dalam Anwar, 1999:7)
menjelaskan ada empat
manfaat asesmen atau penilaian
yang pada prinsipnya
untuk membantu guru
dalam membuat
keputusan-keputusan untuk peningkatan
pembelajaran. Asesmen siswa sangat
bermanfaat untuk: (1)
mendiagnosis kekuatan dan
kelemahan siswa; (2) memonitor kemajuan siswa; (3) menetapkan grade
siswa; (4) menetapkan efektifitas pembelajaran.
2.2. Pengertian Penilaian Kinerja
Seperti yang
telah dikemukakan di
atas, salah satu
tujuan dilakukannya
penilaian adalah untuk
mengetahui hasil belajar
yang telah dicapai
siswa. Oleh karena itu,
alat penilaian yang
digunakan hendaknya mampu
mengungkap hasil belajar siswa
secara menyeluruh. Untuk melengkapi informasi hasil belajar siswa
tersebut, selain berupa
tes obyektif, perlu
dilakukan penilaian terhadap
kinerja siswa.
Tentunya
tidak semua model penilaian tersebut bisa diterapkan pada seluruh mata pelajaran.
Untuk mata pelajaran Pendidikan fisika terutama pada materi-materi yang terkait
dengan kinerja siswa, maka guru menggunakan performance.
Stiggins (1994:
160) mengemukakan bahwa
"Performance assessments
involve students in
activities that require
the demonstration of
certain skills and/or the
creation of specified
products."
Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan
penilaian yang melibatkan
siswa dalam suatu
kegiatan yang menuntut siswa
unjuk kemampuan baik
dalam keterampilan dan
atau berkreasi mengenai produk
tertentu sebagai perwujudan dari
penguasaanpengetahuan.
Penilaian
kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas
untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan
dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance)
yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang
diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja
tersebut.
Sedangkan
menurut Popham (1994:139) mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa,
guru menghendaki respon yang “Authentic” atau yang asli berupa aktivitas
yang dapat diamati. Tugas yang diberikan bisa berbentuklisan atau tertulis,
yang jenis tugasnya disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran.
Sedangkan
menurut Muslim Ibrahim, penilaian kinerja adalahsuatu cara mengajar dan belajar yang melibatkan sekaligus proses
dan produk guru sama halnya dengan siswa, terlibat di dalam aktivitas, dan
sebagai hasilnya adalah perbuatan atau tindakan dan atau produk secara
seimbang.
Selain
definisi-definisi diatas, terdapat pula pendapat yang mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan penilaian kinerja adalah penampilan diri dalam kelompok
dengan evaluasi, dalam bentuk
kedisiplinan, kerjasama, kepemimpinan, inisiatif, dan penampilan di depan umum.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah
suatu penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuan kedalam berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Penilaian kinerja di kembangkan untuk mengetes kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya (apa yang mereka ketahui dan
dapat yang dilakukan) pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu.
Penilaian
performance tidak dimaksudkan untuk menguji ingatan faktual siswa, melainkan
untuk mengakses atau menilai penerapan pengetahuan faktual dan konsep-konsep
ilmiah siswa pada suatu masalah atau tugas realistik.
2.3. Tujuan dan
Fungsi Penilaian kinerja
Dengan
mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan,
maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan dan fungsi penilaian ada
beberapa hal :
a.
Tujuan Penilaian
Tujuan utama
evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang
akurat mengenal tingkat pencapaian tujua instruksional oleh siswa sehingga
dapat diupayakan tindak lanjutnya.
b.
Fungsi Penilaian
1. Penilaian
berfungsi selektif
Dengan cara
mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan,
antara lain :
1.
Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.
2.
Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3.
Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
4.
Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
2. Penilaian berfungsi diagnostik
Untuk
mengetahui sebab-sebab masalah yang dialami anak, guru melakukan pemeriksaan
diagnosis. Diagnosis dilakukan dengan melakukan pengukuran menggunakan tes
untuk mengetahui sumber masalahnya. Tes yang digunakan oleh guru untuk
mendiagnosis masalah siswa merupakan tesyang berfungsi diagnostik. Jadi dengan
mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang
kebaikan dan kelemahannya dengan
diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara
untuk mengatasinya.
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Pembelajaran
individual membutuhkan guru, sarana, fasilitas, buku, tes, kurikulum, sistem
evaluasi dan metode pembelajaran yang berbeda sehingga menjadi sangat mahal.
Untuk mengatasinya maka siswa dikelompokkan dalam satu kelas dengan karakteristik
yang serupa dan kebutuhan yang hamper sama. Pendidikan tidak dilakukan
individual, tapi secara klasikal. Siswadikelompokkan ke dalam kelas-kelas
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya. Penempatan siswa ke dalam
kelompok kelas itu dilakukan berdasarkan hasil pengukuran menggunakan tes.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur
keberhasilan .
Fungsi lain tes
adalah mengukur keberhasilan. Pada akhir proses belajar mengajar, hasil yang
dicapai siswa dalam proses itu diukur menggunakan tes untuk mengetahui tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran. Pengukuran hasil dimaksud untuk melihat tingkat
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran dan membuat keputusan evaluasi
berdasarkan hasil pengukuran. Dalam fungsi ini tes berfungsi sebagai pengukur
keberhasilan
2.4.
Karakteristik Penilaian kinerja
Menurut
Maertel, terdapat 2 karakteristik yang mendasari penilaian kinerja, yaitu:
a. Peserta tes
diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dalam mengkreatifitaskan suatu produk
atau terlibat dalam aktivitas.
b. Produk dari evaluasi performance lebih
penting dibandingkan dengan perbuatannya.
Dalam
memilih, manakah yang dinilai, perbuatan atau produknya tergantung pada
karakteristik domain yang diukur untuk pelajaran olah raga lari, perbuatan dan
produknya merupakan 2 hal yang sama pentingnya untuk menjadi fokus perhatian.
Sedangkan dalam creative writing produk merupakan fokus
perhatiannya.
Untuk
mengevaluasi apakah penilaian kinerja tersebut sudah dianggap berkualiatas
baik, maka paling tidak harus memperhatikan tujuh kriteria di bawah ini :
a.
Generability
apakah keterampilan peserta tes dalam
melakukan tugas yang diberikan tersebut dapat digeneralisasikan atau
dibandingkan dengan tugas-tugas lainnya dalam kehidupan sehari-hari? Semakin
dapat digeneralisasikan tugas penilaian performance tersebut atau semakin dapat
dibandingkan dengan tugas yang lainnya, maka semakin baik tugas tersebut. Hal
ini terutama dalam kondisi bila para peserta tes diberi tugas-tugas dalam
penilaian performance yang berlainan.
b.
Authentic
apakah tugas
yang diberikan tersebut sudah serupa dengan hal yang sering dihadapinya dalam
praktek kehidupan sehari-hari.
c.
Multiple fact
apakah tugas
yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu
kemampuan-kemampuan yang diinginkan.
d.
Teachability
apakah tugas
yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha
mengajar guru di kelas? Jadi, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan
harus relevan dengan materi atau keterampilan yang diajarkan guru di kelas.
e.
Fairness
apakah tugas
yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes. Jadi tugas-tugas yang
diberikan harus dipikirkan agar tidak bisa untuk semua jenis kelamin, suku
bangsa, agama, atau status social ekonomi.
f.
Feasibility
apakah
tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian ini memang relevan untuk dapat
dilaksanakan, mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu,
atau peralatan-peralatannya.
g.
Scorability
apakah tugas
yang diberikan nantinya dapat diskor dengan akurat dan reliabel? Karena memang
salah satu yang sensitif dari penilaian penskorannya.
Menurut
Muhammad Nur, agar mendapatkan alat evaluasi yang valid tugas-tugas kinerja harus
memiliki kriteria sebagai berikut:
a.
Memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting
b.
Sesuai dengan isi kurikulum yang diacu
c.
Mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan bekerja.
d.
Melibatkan siswa
e.
Mengaktifkan kemampuan siswa untuk bekerja
f.
Layak dan pantas untuk seluruh siswa
g.
Ada keseimbangan antara kerja kelompok dan kerja individu
h.
Terstruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman
i.
Memiliki produk yang autentik (dunia nyata)
j.
Memiliki proses yang autentik
k.
Memasukkan penilaian diri
l.
Memungkinkan umpan balik dari orang lain
2.5. Target
yang ingin di capai melalui penilaian kinerja
Stiggins (1994:
162) bahwa target yang dapat dicapai melalui penilaian kinerja meliputi:
a) Knowledge
atau pengetahuan.
b) Reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi
pengetahuan untuk dapat memecahkan suatu masalah.
c) Skill yaitu
keterampilan atau kecakapan
siswa
d) Product yaitu berbagai macam karya cipta.
e) Affect yaitu sikap.
Cara penilaian
ini dianggap lebih otentik daripada
tes tertulis karena
apa yang dinilai
lebih mencerminkan kemampuan
peserta didik yang sebenarnya.
Rencana kerangka
penilaian kinerja menurut
Stiggins (1994: 169)
dapat digambarkan melalui tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Rencana Kerangka Penilaian Kinerja
Faktor Disain
|
Pilihan
|
a. Pencapaian Target
|
|
Tujuan Dasar
|
Perilaku
untuk didemonstrasikan
Produk untuk
diciptakan
|
Fokus
Penilaian
|
Penilaian
individu
Penilaian
kelompok
|
Kriteria
Kinerja
|
Mencerminkan
aspek penilaian yang spesifik
|
b. Pengembangan Tugas
|
|
Jenis Tugas
|
Tugas
terstruktur
Tugas tidak
terstruktur
|
Isi Tugas
|
Menggambarkan target, kondisi, dan standar
|
Jumlah Tugas
|
Mempertimbangkan fungsi
tujuan, target,
dan sumber
daya yang tersedia
|
c. Pelaksanaan Penilaian
|
|
Sistem
Penilaian
|
Holistic
Analytical
|
Bentuk
Penilaian
|
Daftar
checklist
Skala
bertingkat
Catatan
anekdot
Catatan mental
|
Pelaksana
Penilaian
|
Guru
Tenaga ahli
di luar guru
Siswa menilai dirinya sendiri (self
asessment) Siswa menilai siswa lain ( peer assessment )
|
Ada beberapa
hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penilaian
kinerja yaitu:
ü langkah-langkah kinerja yang
diharapkan dilakukan peserta
didik untuk menunjukkan kinerja
dari suatu kompetensi
ü kelengkapan dan ketepatan
aspek yang akan dinilai
dalam kinerja tersebut
ü kemampuan-kemampuan
khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas
ü upayakan kemampuan yang
akan dinilai tidak terlalu
banyak, sehingga semua
dapat diamati
ü kemampuan yang akan dinilai
diurutkan berdasarkan urutan
yang akan diamati.
(Pusat Kurikulum Balitbang,
2007)
2.6. Tugas
Kinerja ( Assessment Task) dan Kriteria Penskoran (Rubrics)
Ada dua
komponen penting dalam
penilaian kinerja, yaitu
tugas kinerja (assessment task)
dan kriteria penskoran/rubrik (rubric).
Tugas kinerja (assessment task)
dapat diartikan sebagai tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, sebagaimana
yang dikemukakan Sapriati (2005: 2) sebagai berikut:
Tugas kinerja
berupa prosedur kegiatan
yang harus dilakukan
dan daftar kinerja yang harus
dipertunjukkan siswa, dalam bentuk kegiatan atau proses dan pernyataan
atau deskripsi atau
produk tertulis mengacu
pada kegiatan praktikum yang dilakukan.
Tucker (Marzano
et al., 1994:
15) mengemukakan bahwa
tugas kinerja pada dasarnya
terdiri dari tiga
bagian yaitu konteks,
petunjuk bagi siswa
dan audien (guru/siswa). Tugas-tugas yang diberikan hendaknya dipilih
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tingkat perkembangan siswa
Tugas-tugas
dalam penilaian kinerja menurut Zainul (Anwar, 2005) dapat berupa:
v
Computer
Adative Testing, menuntut
peserta tes untuk
mengekspresikan diri
menunjukkan kemampuan yang nyata;
v
Tes pilihan ganda
yang diperluas, jawaban
yang disertai dengan
alasan yang logis;
v
Open Ended Question, menuntut jawaban benar
terpola;
v
Group Performance Assessment, tugas yang
dikerjakan secara berkelompok;
v
Individual Performance Assessment, tugas yang
dikerjakan secara individual;
v
Interview, wawancara yang menuntut jawaban
lisan dari siswa;
v
Nontrational Test Items, perangkat respon yang
mengharuskan siswa memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan
v
Observasi;
v
Portofolio,
kumpulan hasil karya siswa
yang disusun dalam
jangka waktu tertentu;
v
Project,
Exhibition, or Demonstration, penyelesaian
tugas yang kompleks dalam jangka waktu tertentu yang
dapat memperlihatkan jenjang kemampuan tertentu; dan
v
Short Answer, Open Ended, menuntut jawaban
singkat dari siswa tetapi bukan memilih jawaban yang tersedia.
Karena penilaian
kinerja dirancang bukan
semata-mata sebagai kegiatan yang menyenangkan, tetapi
juga didesain untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Maka,
sejumlah faktor harus
diperhatikan dalam membuat instrumennya. Iryanti (2004: 10) mengemukakan bahwa
kriteria instrumen unjuk kerja yang baik memuat hal-hal berikut:
a.
Autentik dan menarik
Hal yang
penting bagi suatu
instrumen unjuk kerja
adalah menarik dan
melibatkan
siswa dalam situasi
yang akrab dengan
mereka sehingga siswa berusaha untuk
menyelesaikan tugas itu
dengan sebaik-baiknya. Tugas tersebut akan
membuat siswa menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
b.
Memungkinkan penilaian individual
Banyak instrumen
unjuk kerja yang
dimaksudkan untuk dikerjakan
siswa
secara berkelompok. Namun
perlu diingat bahwa
penilaian ini sebenarnya lebih dititikberatkan untuk
penilaian individu. Karena
itu, desain penilaian unjuk kerja sebaiknya bisa
ditujukan untuk kelompok dan individu.
c.
Memuat petunjuk yang jelas
Instrumen unjuk
kerja yang baik harus memuat petunjuk yang jelas, lengkap, tidak ambigu
dan tidak membingungkan. Petunjuk
juga harus memuat
apa yang dikerjakan siswa yang
nanti akan dinilai. Agar hasil penilaian
tidak bersifat subjektif
atau tidak adil,
maka dapat dihindari dengan menggunakan rubrik.
Menurut Martin (Zubaidah, 2002), rubrik adalah alat-alat
seperti daftar cek,
skala pengukuran, atau
deskripsi yang
mengidentifikasi kriteria yang
digunakan untuk mengukur
karya siswa dalam rangka
mengevaluasi performansi (unjuk
kerja) siswa. Dengan
adanya rubrik, guru menjadi
lebih mudah menilai
prestasi yang dapat
dicapai siswa, dan
siswa pun akan terdorong
untuk mencapai prestasi
sebaik-baiknya karena pedoman penilaiannya jelas.
Biasanya kriteria ini
terdiri dari dua
hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor (misal 5,
4, 3, 2, 1), dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai
skor itu.
2.7.
Langkah-Langkah Implementasi Penilaian Performance
Perancang
tugas kinerja terbaik adalah guru itu sendiri. Guru tersebut mengetahui
kekuatan maupun kelemahan siswanya. Dengan adanya informasi yang matang tentang
diri siswanya. Guru dapat merancang
tugas yang membuat siswa mencurahkan pengetahuan barunya atau pemahamannya
secara mendalam. Berikut ini akan dipaparkan mengenai beberapa langkah dalam
pembuatan tugas kinerja.
a. Identitas
semua langkah-langkah penting yang dipergunakan atau yangmempengaruhi hasil
akhir (output) yang terbaik.
b. Tuliskan
prilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk
menyelesaikan tugas dan menghasilkan akhir (output) yang terbaik.
c. Usahakan
untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak
sehingga kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melakukan tugas.
d. Definisikan
dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk
yang dihasilkan.
e. Urutkan
kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati.
f. Kalau ada,
periksa kembali dan bandingkan kriteria-kriteria yang sudah dibuat sebelumnya
oleh orang lain di lapangan.
2.8. Metode Dan
Contoh Menilai Penilaian kinerja
Hal
yang paling sulit dilakukan sebuah penilaian adalah bagaimana menilai
seobjektif mungkin yang terjadi pada penilaiankinerja. Oleh karena itu, perlu
adanya sebuah pendekatan dan metode yang akurat untuk menyimpulkan tingkat
pencapaian kinerja, yaitu: metode holistic dan metode analistic.
a. Metode
Holistic
Metode
holistic digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor
nilai berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja
peserta tes.
b. Metode
Analytic
Para
penskor memberikan penilaian (skor) pada bagian aspek yang berhubungan dengan kinerja
yang dinilai dengan menggunakan checklist dan rating scale.
CONTOH PENILAIAN KINERJA
Nama Siswa: …………………… Tanggal:
………………… Kelas: ………………
Kompetensi Dasar: Mengelompokkan alat alat praktikum fisika sesuai
dengan jenis rumpunya.
Kelompokkanlah alat alat praktikum fisika sesuai jenis rumpunya dengan
menggunakan gambar.
NO
|
ASPEK YANG
DINILAI
|
TINGKAT
KEMAMPUAN
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
2.
3.
|
Pengelompokan
dilakukan dengan menggunakan semua indra
Uraian yang
dijabarkan secara rinci
Uraian
disertai diagram
|
|
|
|
|
|
JUMLAH
|
|
|
|
|
Kriteria Penskoran Kriteria
Penilaian
- Baik Sekali 4 10 – 12 A
- Baik 3 7 – 9 B
- Cukup 2 4 – 6 C
- Kurang 1 ≤ 3 D
A: Pengelompokan yang dilakukan siswa sangat baik,
uraian yang dijabarkan rinci dan diperoleh dengan menggunakan seluruh indra
disertai dengan gambar-gambar atau diagram
B: Pengelompokan yang dilakukan siswa baik, uraian
yang dijabarkan kurang rinci dan diperoleh dengan menggunakan sebagian besar
indra dengan gambar-gambar atau diagram
C: Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik,
uraian yang dijabarkan tidak rinci dan diperoleh dengan menggunakan sebagian
kecil indra dengan gambar-gambar atau diagram
D: Pengelompokan yang dilakukan siswa kurang
baik, uraian yang dijabarkan kurang sesuai dan diperoleh dengan menggunakan
sebagian besar indra dengan gambar-gambar atau diagram
2.9. Keuntungan
Penilaian kinerja
Penggunaan
penilaian kinerja akan memberikan keuntungan yang besar tidak hanya bagi siswa
tetapi juga bagi guru. Penilaian kinerja memberi kesempatan siswa untuk berkompetisi
dengan dirinya sendiri. Melalui penilaian kinerja, siswa akan mendapatkan
pemahaman yang nyata tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka
lakukan.
Dalam
penilaian kinerja tidak ada jawaban benar atau salah sehingga siswa tidak perlu
takut untuk menghadapinya. Penilaian kinerja membuat pembelajaran lebih relevan
dengan
konteks dalam
memecahkan masalah. Mereka akan mengakui bahwa mereka telah menerima pengajaran
dan bahwa pendidikan itu disediakan untuk kehidupan mereka.
Selain
memberikan keuntungan bagi siswa, penilaian kinerja juga memberikan keuntungan
bagi guru. Penilaian ini akan membantu mereka memusatkan pembelajaran pada
hasil-hasil pendidikan yang secara nyata penting, dan bukan terisolasi ada
informasi yang sedikit saja.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Penilaian kinerja adalah suatu
penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuan kedalam berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Penilaian kinerja di kembangkan untuk mengetes kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya (apa yang mereka ketahui dan
dapat yang dilakukan) pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu. Penilaian kinerja
dirancang bukan semata-mata
sebagai kegiatan yang menyenangkan, tetapi
juga didesain untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan.
Penilaian
kinerja memberi kesempatan siswa untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri.
Melalui penilaian kinerja, siswa akan mendapatkan pemahaman yang nyata tentang
apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka lakukan. Dalam penilaian kinerja
tidak ada jawaban benar atau salah sehingga siswa tidak perlu takut untuk
menghadapinya. Penilaian kinerja membuat pembelajaran lebih relevan dengan konteks
dalam memecahkan masalah. Mereka akan mengakui bahwa mereka telah menerima
pengajaran dan bahwa pendidikan itu disediakan untuk kehidupan mereka.
Terimakasih
BalasHapuslumayan
BalasHapusTerimakasih kak
BalasHapus