Selasa, 25 Desember 2012

abad 17 nhe


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
            Ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masalalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Jika yang dipelajari adalah sejarah fisika maka pembahasannya mengenai bagaimana perkembangan fisika sejak masa lampau hingga sekarang. Sejarah fisika dimulai pada tahun sekitar 2400 SM, ketika kebudayaan “Harapan” menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan menghitung sudut bintang di angkasa. Sejak saat itu fisika terus berkembang sampai ke level sekarang.
            Pada abad 18 seringkali disebut sebagai zaman Aufklaerung yang berarti pencerahan. Dinamakan demikian karena pada periode ini manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Keadaan periode ini erat kaitannya dengan periode kebangkitan yang sebelumnya dianalogikan sebagai keadaan belum akil baligh, di mana manusia kurang menggunakan kemampuan akal budinya. Salah satu ciri terpenting dari zaman Aufklarung adalah perkembanagn pesat ilmu pengetahuan. Dalam fisika kita kenal ilmuwan besar seperti Siir Isaac Newton. Karena rasio mendapat tempat terhormat dan menjadi pusat perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas agama. Mudah dimengerti, mengapa di Perancis muncul berbagai paham yang apatis terhadap gereja.
            Dalam periode ini Fisika berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-formulasi umum dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan Gelombang, yang masih terpakai sampai saat ini. Dalam Gelombang diformulasikan teori gelombang cahaya, prinsip interferensi, difraksi dan lain-lain. Dalam fisika klasik, fenonema alam dilukiskan secara konkrit melalui logika "naif" dan "rasio akal sehat". Bidang ini mencakup mekanika Newton, teori elektronmagnetik Maxwell, optika geometri, optika gelombang dan sebagian termodinamika. Dalam fisika klasik, kecepatan pertikel yang diteliti dianggap sangat kecil dibanding kecepatan cahaya, dan selain itu besaran aksi dan energinya sangat besar dibanding bilangan kuantum Planck.
1.2 Rumusan Masalah
Dari sejarah, kita dapat mempelajari :
1. Mempelajari latar belakang alasan permasalahan-permasalahan fisika sepanjang perkembangannya terutama pada abad ke-18.
2. Selain itu kita dapat mengenal tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan fisika pada abad ke-18 serta penemuan apa saja yang telah mereka sumbangkan.
3. Apakah pengertian cahaya itu menurut pendapat Newton dan Fresnel?

1.3 Tujuan
            Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Fisika serta menambah pengetahuan dan wawasan tentang Sejarah Fisika dalam dunia pendidikan kita saat ini. Selain itu, dengan mengetahui sejarah fisika maka seseorang tidak akan merasa cepat bosan dalam mempelajari fisika karena merasa tertarik dengan hal-hal yang luar biasa yang telah dilakukan oleh para ilmuwan.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Zaman Pencerahan
            Zaman pencerahan adalah istilah yang sangat tepat untuk menamai abad ke-18 di Eropa, pada saat itu Eropa menjadi lahan perkembangan pesat bagi llmu pengetahuan dan filsafat. Sebenarnya isyarat adanya zaman pencerahan ini dapat dilacak pada abad 17, pada abad ke - 17 itu merupakan abad pembenihan dari ilmu pengetahuan dan filsafat, penemuan teleskop mendekati permulaan abad itu telah merombak seluruh pandangan mengenai ilmu perbintangan. Filosof dari Inggris, Francis Bacon dan filsuf dari Perancis, Rene Descartes keduanya berseru kepada ilmuwan seluruh Eropa agar tidak lagi menyandarkan diri lagi pada kekuasaan Aristoteles. Selain kedua filsuf tersebut ada banyak lagi filsuf lain meliputi filosof-filosof rasionalis seperti Baruch Spinoza, lalu ada filosof politik seperti Thomas Hobbes, dan John Locke serta pemikir pemikir skeptis Perancis seperti Pierre Bayle dsb. Dari sinilah muncul semakin banyak ketertarikan di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Sampai pada suatu saat lahirlah sebuah penemuan besar yang menjadi ilmu pengatahuan modern dan mungkin inilah yang menjadi penemuan terbesar pada masa itu.
            Penemuan itu adalah teori Gravitasi yang diungkapkan oleh Sir Isaac Newton, dia dianggap sebagai ilmuwan paling besar dan paling berpengaruh yang pernah hidup di dunia (Hart 2005) kata-kata dari Francis Bacon dan Descartes yang saya disebut diatas tadi sudah dipraktekkan oleh Galileo yang hebat, penggunaan teleskop, penemuan baru untuk penelitian Astronomi oleh Newton telah dibuat lebih revolusioner, danyang dilakukannya di sector mekanika telah menghasilkan apa yang terkenal dengan sebutan “Hukum Gerak Newton” yang pertama. Walaupun Copernicus dan Galileo sudah berhasil menepikan beberapa anggapan yang ngawur tentang pengetahuan purba dan telah menyumbang.
            Pengertian yang kita nilai tepat tentang alam semesta, namun tak ada satu pokok pikiranpun dari mereka yang terumuskan secara sistematis. Tak lain Isaac Newton lah orang yang berhasil memberikan kumpulan teori yang terangkum rapi dan meletakkan batu pertama ilmu pengetahuan modern.
2.2 Cahaya : Gelombang Atau Partikel ?
            Cahaya termasuk unsur fisik yang penting, tapi belum pernah diamati secara langsung oleh mata manusia. Manusia baru bisa melihat gejalanya. Oleh karena itu manusia bertanya-tanya apakah cahaya itu? Kita dapat membahas perubahan pemahaman ilmiah tentang cahaya yang terjadi di inggris pada dua dasawarsa pertama pada awal abad ke-19. Perubahan ini tidak hanya pada pemahaman tentang cahaya, tapi juga metode berilmu. Perubahan bidang berilmu ini merembet ke bidang lain, sehingga penjelajahan ilmu menjadi lebih subur dan lebih matematis. Pada abad itu masih empiris, tapi tidak naïf lagi. Thomas Khun menamakan periode awal  abad ke-19 ini sebagai “revolusi ilmiah yang kedua”. Setelah revolusi pertama meletus pada abad ke-17.

2.3 Optic Masa Lalu
            Upaya untuk memahami cahaya tidak hanya mulai dari abad ke-19. Orang yunani percaya bahwa mata manusia memancarkan seberkas sinar sewaktu melihat.  Sinar itu “meraba” benda lalu memantul balik kemata. Kira-kira pada 1000 M Ibn Al-Haitam menyatakan  bahwa mata menerima cahaya dari luar bukan memancarkan cahaya. Ia juga pernah merakit kaca mata untuk menolong orang yang lemah penglihatannya. Pada pergantian abad ke-16 menuju ke-17, beberapa ahli mulai merakit mikroskop dan teleskop. Galileo menggunakan teleskop untuk penelitiannya. Pada 1611 Kepler menyatakan bahwa “seandainya cahaya menembus selapis benda tembus pandang (Transparan/bening), maka sudut datang akan berbanding lurus dengan sudut bias”. Saran ini tidak sepenuhnya benar, karena hanya berlaku untuk sudut yang kecil. Pada 1676 Romer memakai cara Astronomis yang paling gemilang untuk menaksir kecepatan cahaya. Tetapi sampai masa itu belum banyak pemikiran tentang sifat cahaya itu sendiri, lepas dari penerapannya dalam berbagai peranti aktif.
            Ole Romer (1644-1710) meramalkan gerhana di satelit Jupiter, lo, pada 9 November 1679 berlangsung 10 menit lebih lambat dari semestinya ketika disaksikan dari Bumi. Selisih ini terjadi karena cahaya menempuh jarak yang berbeda. Oleh karena itu, kecepatan cahaya semestinya terbatas, bukan tak terbatas seperti perkiraan masa itu. Berdasarkan diameter orbit Bumi masa itu, Romer mendapati cahaya melesat dengan kecepatan 225.000 km per detik. Jika diameter orbit diganti dengan data masa kini, metode yang sama menemukan 298.000 km/detik, sangat dekat dengan hasil pengukuran mutakhir 299.792 km/detik.
            Huygens dalam bukunya Traite de la lumiere (Telaah Cahaya) yang terbit pada 1690 membayangkan cahaya seperti gelombang. Inilah pernyataan tentang cahaya yang pertama. Hepotesa gelombang ini hanya bertujuan untuk mencari penjelasan Geometris tabiat cahaya (misalnya : memantul dan membias), bukannya menjelaskan hakikat. Gelombang yang di bayangkan Huygens adalah gelombang longitudinal, bukan transversal. Lagi pula, gelombang Huygens tidak periodik ! Huygens sengaja membuatnya demikian untuk menghindari gangguan diantara dua sinar yang menyilang. Gagasan Huygens disusun tanpa data hasil eksperimen sama sekali dan mungkin janggal bagi pembaca masa kini. Walaupun demikian Huygens telah menggalang kubu yang cukup berpengaruh dalam perdebatan sengit tentang cahaya.
            Descartes mengangkat kembali gagasan Huygens di Prancis. Ia membayangkan cahaya sebagai getaran dalam. Setali tiga uang, Descartes tidak banyak menguji dugaannya, dan ia tidak tahu perbedaan antara fakta dan dugaan kontras dengan Newton, yang dapat membedakan keduanya dengan jernih. Pada abad ke-17 gejala interferensi dan difraksi ditemukan oleh Grimaldi (1660) dan Hooke (1672). Tapi dua orang itu tidak menjelaskannya. Boleh dibilang waktu itu pengertian dan istilah “interferensi” belum ada.
            Cahaya pertama kali dibahas secara rinci oleh Newton. Pendirian Newton, oleh pengikutnya ditafsirkan sebagai teori Partikel, kemudian menjadi dogma  selama se-abad lamanya. Pengertian partikel nantinya diserang oleh teori gelombang Young dan Fresnel pada awal abad ke-19. Perdebatan sengit antara kubu Partikel melawan Gelombang.
2.4 Partikel Cahaya Newton
            Ketika muda Newton sudah mengasah lensa. Pada umur 23 tahun ia membeli prisma dan meneliti cahaya warna-warni yang dihasilkannya. Cahaya putih, menurutnya, bukan warna murni, melainkan campuran berbagai warna. Jika berbagai warna itu digabungkan maka, akan didapat cahaya putih. Hal ini dibeberkan kesidang Royal Society. Pengamatan newton dikecam habis-habisan oleh Robert Hooke.  Pada bagian akhir Opticks edisi pertama 1704, yang terbit setahun setelah Hooke meninggal, Newton kembali mengajukan beberapa spekulasi secara lebih hati-hati tentang sifat cahaya. Spekulasi ini dilontarkan pada bagian awal. Buku ini ditulis olen Newton dengan gaya populer sehingga lebih mudah dibaca oleh orang awam dari pada Principia. Kehati-hatiannya tercermin dalam pengakuan dibagian akhir bahwa uraiannya masih belum banyak ia pahami dan masih perlu dikaji ulang.
            Bukunya diawali dengan, pemaparan hasil percobaan. Ada ihwal pemecahan cahaya putih, dan pembiasan rangkap (sebintik noktah hitam tampak mendua ketika diamati dengan Kristal kalsit). Ada penemuaan lain tentang lingkran cahaya yang dihasilkan ketika sekeping lensa cembung diletakkan pada permukaan kaca yang rata dan disorot dengan cahaya mono kromatik. Lingkaran terang dan gelap (atau jumbai). Itu sekarang dikenal cincin Newton pengamatan ini ia lakukan sedemikian teliti sampai-sampai 100 tahun kemudian Thomas Young (1773-1829) : masih memakai data ini untuk mengukur panjang gelombang cahaya. 
            Spekulasi tentang cahaya ia tuangkan dalam bentuk sejumlah pertanyaan. Satu diantaranya mengungkapkan keyakinannya bahwa cahya bersifat seperti partikel. “bukankah cahaya merupakan butiran teramat kecil yang dipancarkan oleh benda yang mengkilap? Butiran seperti itu akan melewati medium yang seragam mengikuti garis lurus, tanpa dibelokan dan masuk kedalam bayangan dan demikianlah juga sifat cahaya.” Butir-butir ini, yang melaju bak berondongan peluru, menaati hukum dinamika. Gejala pamantulan barang kali mudah dijelaskan dengan pengertian peluru ini. Tapi bagaimana Newton menjelaskan pembiasan?  Ia membayangkan ada selaput tipis diantara kedua medium yang mengerjakan gaya sedemikian rupa sehingga peluru dihempaskan keluar (yakni dipantulkan) atau dibiaskan masuk kedalam medium dengan kecepatan yang berbeda. Jika medium yang ditembus lebih padat, maka peluru melaju lebih cepat. Pasalnya, ada permukaan komponen tegak yang meluas akibat pengeruh gaya tarik.
            Sifat gaya itu sendiri tidak diungkap oleh Newton secara terang-terangan. Tapi ia berpendapat bahwa mungkin sekali gejala itu sama seperti magnet atau gravitasi. Newton menjelaskan bahwa gejala garis terang dan gelap disekitar sehelai rambut yang sekarang dipahami sebagai gejala Difraksi gelombang adalah akibat peluru cahaya, yang melaju dekat dengan rambut itu, ditolak oleh rambut, sehingga menjauh, coba perhatikan bahwa tidak ada yang masuk kebayangan, yang seharusnya ada. Anehnya dilain tempat Newton malah mengusulkan teori Getaran eter untuk menjelaskan sifat cahaya. Ini memperlihatkan ketidak konsistenan Newton. Harap maklum, Newton memang masih menduga-duga.
V1








 
Gamabr 7.1
 



                                                                        (1)
(=V1 )








 
V2








 
                                                                        (2)








 




            Penjelasan teori peluru versi Newton tentang pembiasan : komponen kecepatan yang tegak dengan permukaan diperbesar karena ada gaya yang bekerja terhadap peluru cahaya diperbatassan antara medium (1) dan (2).
V2








 
H








 
Gamabar 7.2                                                                                                  G
I








 
T                                                                                                                     
C                                                                                                                    
B                                                                                                                    
A
·         x
K
L
M                                                                                                                     s
Q








 
V                                                                                                                     R
Penjelasan Newton dari opticks, tentang hamburan cahaya disekitar sehelai rambut (x).
            Untuk menjelaskan penglihatan mata, ia memakai teori getaran yang pernah diusulkan oleh Hooke (1665) : “cahaya jatuh dibagian belakang mata lalu merangsang getaran dibagian itu, getaran diteruskan ke-otak. (listrik belum dikenal waktu itu dan ia tak menjelaskan sifat getaran itu). Lebih jauh ia mengatakan bahwa ada kemiripan dengan gelombang bunyi dimana getaran yang pendek memberikan warna ungu, sedang getaran panjang memberikan warna merah. Ia mengakui cincin Newton terjadi karena perulangan, dan tidak dapat dijelaskan hanya dengan mekanisme peluru. Penjelasannya memerlukan periode tertentu. Tanpa mengatakan bahwa cahaya sendiri itu sebagai gelombang, ia mengatakan bahwa melintasnya peluru cahaya dalam eter dapat merangsang gelombang, mirip seperti butiran-butiran kerikil yang dilempar kepermukaan air menimbulkan riak gelombang. Dengan mekanisme yang tidak begitu jelas, gelombang itu mengejar peluru yang merangsangnya dan berinteraksi dengannya. Interaksi antara gelombang (yang memang bersifat periodik) dengan peluru, membuat peluru kadang dipantulkan dan kadang diteruskan. Dengan demikian dihasilkan jumlah terang dan gelap yang berselang-seling.
            Pertanyaan perihal sifat eter tidak dijawab oleh Newton. Tapi ia percaya bahwa eter terdiri dari partikel yang amat halus, yang membuatnya bersifat sangat renggang dan lenting. Alam tanpa eter tidak mungkin menghantar gelombang.  Tapi Newton bersikukuh menolak ide Huygens bahwa cahaya bersifat gelombang. Menurut Newton gelombang akan melebar dan mengisi seluruh ruang seperti gelombang air mengisi ceruk kolam, padahal dalam partikel cahaya mengikuti garis lurus dan tidak mengisi ruang bayangan. Pada kesempatan lain Newton mengatakan lebih suka langit tetap kosong dari pada diisi eter. Bagaimanapun juga sekira-kiranya ruang angkasa diisi eter maka perjalanan benda langit terhambat. Implikasi ini tidak teramati. Ia tetap lebih suka alam tanpa eter, persis seperti ajaran Atomi Yunani.
            Dapat disimpulkan bahwa Newton masih bimbang perihal cahaya. Ia tidak dapat memilih antar modal peluru dan getaran eter, meski condong pada yang pertama. Dalam edisi ke-dua Prencipia (1713), Newton kembali menutup segala spekulasi dan menulis :”saya tidak mengakali hepotesa”.

MENARIK
 
Gambar 7.3
 








            Sebutir eter diselimuti tidak kurang dari pada lima lapis gaya dalam bayangan para penganut teori peluru yang berusaha menjelaskan peristiwa pemantulan dan pembiasan.

2.5 Berondongan Partikel Cahaya
            Walaupun Newton sendiri jelas-jelas kurang yakin tentang sifat cahaya, orang-orang yang mendewakannya  tidak perduli dengan keraguannya itu. Bagi mereka Newton mengajar sifat (“peluru”) cahaya secara lugas. Bagian opticks yang membahas getaran yang dirangsang dalam eter tidak dihiraukan oleh murid-murid Newton. Ada buku teks terbitan 1738 yang menegaskan bahwa sulit membayangkan cahaya selain partikel materi yang sangat kecil tapi jelas. Anggapan bahwa cahaya adalah materi, menjadi unsur kepercayaan para ahli optika yang dipegang erat-erat. Sejak benih-benih ide disemaikan dalam opticks, topik cahaya yang pertama kalinya juga menjadi bagian mekanika, atau tepatnya dinamika. Yang berkiblat (mengarah) pada Newton.
            Ilmu sudah memasyarakat sebegitu jauh. Sejumlah ilmuan menangguk (mendapatkan) rezeki dari perubahan itu. Mereka mendapat uang dengan member kuliah kepada kaum bangsawan di inggris. Orang-orang yang kaya, termasuk wanita, mulai tertarik pada gejala alam sebagian bahan rekreasi. Mereka senang menghadiri kuliah umum tentang ilmu sebagai pengisi waktu luang. Sifat peluru cahaya selalu dibeberkan pada ceramah untuk umum semacam itu.
o
 
s
 
            Sampai pertengahan abad ke-18, kepercayaan menggebu-gebu pada cahaya sebagai peluru belum teruji lewat percobaan. Ketika percobaan mulai dilakukan, misalnya untuk menguji gaya macam apa yang menolak atau menarik peluru cahaya itu, sipenguji tersandung berbagai masalah. Untuk menjawab pertanyaan bagaimana gaya berdaya jangkau pendek itu terkadang bisa menolak dan menarik, ada bermacam-macam penyelesaian yang bagi kita kelihatan diakal-akali. Misalnya, argument tentang sebutir partikel eter yang meliputi sekurangnya 5 lapis : 3 lapis menarik dan 2 lapis menolak. Lintasan yang ditempuh oleh sebutir peluru cahaya yang dipantulkan, dan satu lagi yang masuk dan terbias, dilukiskan pada gambar 7.4
o
 
P
 
r
 
Gambar 7.4


 






            Gambar ini diambil dari salah satu buku kuliah abad ke-18 untuk menjelaskan lintasan peluru cahaya dalam peristiwa pemantulan dan pembiasan lintasannya ditentukan oleh berbagai lapis gaya di dekat permukaan benda. Gambaran ini kualitatif. Menghitung secara kuantitatif peristiwa itu jauh lebih sulit lagi kalau memang benar-benar terjadi. Belum lagi interferensi dan difraksi yang telah ditemukan oleh Grimalde dan Hooke lebih dari 50 tahun sebelumnya. Problem konsep tidak hanya ini. Misalnya bisa saja lintasan 2 peluru berpotongan. Kedua peluru aka saling menabrak dan terhambur. Dalam praktik 2 berkas sinar tidak terganggu sama sekali walau saling memotong.
            Ada lagi? Ada ilmuan yang menanyakan impuls yang semestinya terukur ketika serentetan peluru menabrak tembok. Massa setiap peluru sudah jelas sangat kecil, tapi kecepatan sangat tinggi. Oleh karena itu, perubahan momentum yang terjadi ketika peluru berhenti (atau terpantul) mestinya bisa diukur. Ketika diuji ternyata nilai momentumnya 0, impuls yang mereka cari sebenarnya ,memang ada, hanya saja perangkat laboratorium pada masa itu belum sanggup mendeteksinya. Ada lagi yang bertanya? Jika matahari terus-menerus memancarkan peluru cahaya, seperti air mendidih mengeluarkan uap, mengapa matahari masih menyala! Matahari sudah ada sejak zaman nabi adam, 6000 tahun sebelumnya, dan sampai sekarang masih tetap bercahaya. Pada masa itu masyarakat masih bertanggapan bahwa alam semesta tercipta 6000 tahun yang lampau, sesuai jumlah hari yang terdapat didalam kitab suci. Karena persoalan semacam ini, sejak pertengahan abad ke-18 sejumlah ahli beralih keteori eter. Perpindahan itu mematangkan revolusi ilmiah baru.

2.6 Eter : Menyembur Atau Bergetar?
            Pada abad itu ada dua golongan teori yang melibatkan fluida kosmik. Fluida itu dapat menembus kesegala arah. Teori pertama mengatakan bahwa fluida (eter) mengalir keluar dari sumber. Teori kedua menyatakan bahwa eter bergeming tapi bergetar. Cahaya adalah getaran yang merambat didalamnya. Matahari menyemprotkan fluida kesegala penjuru dengan kecepatan tinggi. Aliran itu menghujani bumi dan memberi gaya yang dianggap mampu mengimbangi gaya gravitasi. Bukankah tanpa itu Bumi aka langsung jatuh ke matahari? Teori ini tidak diterima oleh banyak ahli dikalangan Universitas.
            Teori semprotan eter ini ada hubungannya dengan aliran agama tertentu. Hutchison, seorang teolog yang namanya terkait dengan teori ini, tampaknya terpengaruh oleh Neoplatonisme Reanisans (abad ke-16) serta mistik Kristen. Ia juga suka berspekulasi tentang asal usul serta makna rohani seluruh alam semesta. Menurut Hutchison cahaya ibarat api tahta Allah yang menyebar dan mengisi seluruh alam semesta. Api mewujudkan diri tidak hanya sebagai cahaya, tapi juga panas dan listrik. Pengetahuan manusia tentang gejala alam semacam ini lebih pantas digali dari al-kitab khususnya kata-kata rahasia dalam bahasa ibrani. Melakukan eksperiment dianggap bertentangan dengan agama.
            Hutchison mengarang buku yang berjudul Principia Musa (1748-1749), jelas ingin melawan Principia Newton. Selain teolog ada juga ahli kimia serta doctor yang menaruh perhatian pada teori ini. Antaranya Hermann Boerhaave (1668-1738), yang menerbitkan buku teks Kimia Elementa Chemiae (unsure-unsur Kimia) pada 1724 (diterjemahkan kebahasa inggris 1727). Kimia masa itu berbeda dengan Kimia Modern. Ia banyak bercampur filsafat dan bahkan ilmu sihir. Ada unsure Illahi dalam cahaya Matahari menurut Boerhaave. Meskipun ada sederet nama terkemuka dalam aliran kepercayaan ini, termasuk George Berkeley seorang teolog dan filosof (1685-1753) dan James Hutton (1726-1797), peletak dasar geologi, gambaran semprotan eter ini dilupakan, dan akhirnya mati pada awal abad ke-19. Penjelasan teori cahaya sebagai aliran fluida. Aliran fluida mengalir keluar dari matahari dan mengerjakan gaya sentrifugal terdapat terhadap Bumi untuk mengimbangi gaya gravitasi.
            Teori getaran eter lebih ilmiah. Walaupun banyak ahli pada abad ke-18 telah menganut teori peluru Newton, sekelompok ilmuan bersikukuh membela pendapat Descarces, Hooke dan Huygens. Kelompok ini, yang umumnya dari kalangan sarjana, cukup berpengaruh di Prancis. Salah satu tokoh terkemuka kalangan ini ialah Leonhard Euler (1707-1783). Pada 1746 ia menerbitkan buku yang berargumen bahwa  benda bercahaya terdiri atas partikel kecil yang bergetar bagaikan dawai biola yang terentang. Sebagai mana dawai biola itu merangsang getaran (longitudinal) yang merambat didalam udara, demikian benda juga bercahaya merangsang getaran longitudinal dalam eter. Memang kiasan antara cahaya dan bunyi bermakna bagi ide ini. Euler menyusun sederet asumsi, lalu menurunkan sepenggal rumus kecepatan cahaya yang mencakup cirri fisik eter. Menurut Euler, kecepatan cahaya adalah : V= . E adalah elastisitas eter, dan D kepadatan eter. D diasumsikan bernilai sekitar 10-8 kepadatan udara, yang berarti eter dianggap yang bersifat amat halus. E harus mempunyai nilai yang tinggi sekali. Ia juga membuat persamaan lain dengan getaran bunyi di udara. Menurut Euler nada suara dan warna cahaya tergantung pada frekuensi.
            Pada umumnya ilmuan inggris menggolongkan Euler sekelompok dengan Descartes dan Huygens, orang-orang yang argumennya sudah dimandulkan oleh Newton. Perlu diketahui bahwa Euler memakai teori Newton dalam principia untuk menerangkan fisika gelomang longitudinal. Keberatan yang selalu mereka ajukan adalah bahwa gelombang dalam eter tidak dapat menjelaskan lintasan lurus cahaya. Sifat peluru cahaya waktu itu memang menjadi semacam dogma dikalangan ilmuan inggris dan kemudian merambah Prancis.
            Selain Euler ada beberapa orang yang tetap menganut teori eter, seperti Benjamin Franklin (1706-1790), yang menganggap listrik sebagai gejala eter, dan Thomas Young (1773-1829), seorang ahli kesehatam di London yang menjadi pembela paling gigih teori getaran eter. Dalam serangkaian kesempatan antara 1800 dan 1803, young mengorbankan kembali ide Euler yang muncul 50 tahun sebelumnya. Ia berkutat dengan ide eter sebagai penjelasan menyeluruh untuk berbagai gejala, baik optics, panas, listrik, maupun magnetik. Ia mengakui banyak mendapat ide dari tulisan Newton dalam optiks tentang eter. Ia bahkan menyisipkan tulisan Newton kedalam buku-bukunya.
            Pada masa itu sudah banyak orang tahu bahwa dalam keadaan tertentu cahaya monokromatis yang jauh pada selapis air sabun yang tipis akan menghasilkan sejumlah terang dan gelap. Pada 1800 Young mengusulkan gejala ini sebagai resonansi terkait dengan getaran dan gelombang. Setahun kemudian ia menemukan apa yang disebut prinsip interferensi dan ia sadar bahwa penemuan itu penting. Pada 1802 ia menambah Prinsip Superposisi. Pada 1807 muncul percobaan celah ganda didalam diktat kuliahnya. Percobaan itu kini termasyur dengan nama percobaan Young (gambar 7.6). ia memakai tangkai riak dan penjelasannya sangat sederhana, belum menggunakan Prinsip Huygens. Ia hanya memakai pengertian selisih panjang lintasan dua cahaya untuk meramalkan lokasi terjadinya titik maksimum dan minuman. Teorinya tidak bisa menerangkan secara rinci apa yang terjadi diantara titik maksimun dan minimum itu. Ide ini sudah merupakan kemajuan untuk mengatasi spekulasi yang dibuat orang sebelumnya.
Gambar 7.6
            Sketsa buatan Young untuk menjelaskan peristiwa interferensi yang disebabkan oleh cahaya dari dua celah A dan B yang jatuh pada layar di sebelah kanan. Untuk melihat daerah-daerah gelap dan terang dengan jelas, pembaca harus melihat kertas dari dekat. Kertas itu menghadap kecelah ganda. Menarik untuk di catat bahwa bagi Young sendiri, Prinsip Interferensi dan Superposisi ini lepas sama sekali dari pengertian sifat cahaya. Keduanya hanya merupakan “Hukum” yang dapat diperiksa secara Geometris dan Matematis, bukan hepotesa sifat cahaya. Oleh karena itu, interferensi bisa dianggap bukan sumbangan terhadap silang pendapat eter sebagai kunci untuk segala macam gejala alam. Lepasnya teori interferensi dari teori eter tidak disadari oleh para penentang Young. Mereka umumnya menganggap Young hanya mengipas lagi ide Descartes tentang getaran eter. Descartes, menurut mereka sudah ketinggalan zaman dan bertentangan dengan Newton. Salah satu penentang Young, Brougham, bahkan menulis usul Young adalah yang paling tidak masuk akal diantara sekian banyak hepotesa sepanjang sejarah manusia. Tak heran jika Young tidak banyak di perhatikan oleh  sesama fisikawan pada masa itu, padahal ia melampaui Descartes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar